Pesona serial Reply 1988 (2015-2016) mampu menggiring sejumlah orang masuk ke dunia ‘drakor’, drama Korea, atau K-drama. Selain itu, sejumlah adegan masih jadi penuturan di media sosial. Serial karya sutradara Shin Won-ho ini akrab bersama dengan predikat ‘bikin susah move on’ hapir sama seperti permaianan slot server kamboja vvip.
Gaungnya semakin besar selagi serial memproduksi tvN ini dirilis di sarana streaming Netflix sejak awal th. 2020.
Reply 1988 tidak menyajikan premis cerita yang rumit. Serial ini mengisahkan kehidupan bertetangga 4 keluarga di Ssangmundong, sebuah kawasan di Seoul, Korea Selatan.
Persahabatan Sung Deok-sun (Hyeri Lee), Sung Sun-woo (Kyung-pyo Go), Kim Jung-hwan (Ryu Jun-yeol), Choi Taek (Park Bo-gum), dan Ryu Dong-ryong (Lee Dong-hwi) jadi basic cerita serial ini.
Setiap keluarga punyai persoalan dan dinamika masing-masing, tidak benar satunya Keluarga Deok-sun. Akibat persoalan di daerah kerja, bapak Deok-sun (Sung Dong-il) harus hidup bersama dengan segala keterbatasan. Masalah ini dilengkapi bersama dengan buruknya nilai Deok-sun di sekolah supaya ia terancam tidak mampu masuk ke perguruan tinggi.
Di rumah lain, Choi Taek merupakan atlet Go (permainan semacam catur) harus berjuang di segala kompetisi. Di daerah lain, Sun-woo berperan jadi anak sulung yang harus memelihara adik perempuan dan ibunya, sesudah sang bapak tiada.
Serial ini menceritakan jaman lalu di set selagi th. 1988, selagi ke-5 sobat tersebut duduk di kelas 3 SMA dan melacak jati diri karier masing-masing. Sementara di latar selagi ini dilukiskan Deok-sun udah punyai suami. Penonton dibuat menebak-nebak siapa yang jadi suami Deok-sun.Sementara itu, Jung-hwan yang merupakan anak didalam keluarga kaya punyai persoalan didalam memendam rasa cinta pada seorang wanita, yaitu sahabatnya sendiri, Deok-sun.
Suatu pagi awal bulan November 2020, kata kunci ‘Reply 1988’ bertengger di deretan trending topic Twitter. Ternyata, para pecinta drakor yang satu ini sedang menyongsong 5 th. perilisan. Cukup banyak hal yang memicu Reply 1988 tertinggal lama di hati pirsawan dan memicu serial ini mendapat nilai 9/10 di Imdb. Berikut di antaranya:
Hubungan Sosial Ketimuran
Seperti diulas di awal, Reply 1988 tidak menyajikan cerita yang rumit dan berlebihan. Konflik-konflik yang muncul didalam cerita adalah konflik yang sangat mungkin kami rasakan, terutama keluarga-keluarga negara timur, juga Indonesia.
Hal tersebut mampu dicermati berasal dari bagaimana mitos-mitos anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu terjadi di keluarga Deok-sun. Kontradiksi antara Sung Bo-ra (Ryu Hye-young) si sulung, Deok-sun sebagai anak tengah, dan Sung No-eul (Choi Sung-won) jadi satu isu sendiri.
Sejumlah adegan menggambarkan bagaimana anak kedua menjadi dianaktirikan, dikesampingkan keinginannya gara-gara perhatian tertuju pada anak sulung dan bungsu. Asumsi-asumsi dan perasaan tiap tiap anak jadi variabel mutlak didalam membangun emosi di serial ini, juga Dong-ryong dan Choi Taek sebagai anak tunggal.
Hal tersebut muncul berasal dari intimnya jalinan antar-keluarga didalam cerita. Salah satu adegan yang sering muncul adalah ketiga ibu-ibu sedang ‘ngerumpi’ di sebuah dipan di gang rumah mereka. Hal lain yang sering muncul adalah bagaimana mereka seringkali makan bersama dengan di ruang sedang rumah.Nampak betul jalinan emosi, tata krama, dan gesekan yang muncul didalam cerita adalah bentuk komunikasi konteks tinggi ala negara timur.
Salah satu aspek mutlak yang tak henti menyayat hati pirsawan adalah konflik-konflik batin di didalam keluarga. Dari Reply 1988, kami mampu paham bagaimana sudut pandang dan pergolakan batin seorang anak, ayah, ibu, istri, suami, menantu.
Serial ini menggambarkan perasaan itu bersama dengan teks dan konteks yang baik. Tak heran, banyak orang merasa ‘relate’ dengan kisah yang tersaji. Pembagian konflik yang merata tak memicu sebuah tokoh mendapatkan spotlight berlebih.
Hal-hal seperti itu bukanlah hal wajar disaksikan di film atau serial barat. Maka berasal dari itu, rumitnya jalinan cinta-benci antar tetangga, saudara, mertua dan menantu adalah tidak benar satu ciri khas jalinan sosial ketimuran yang menjadikan Reply 1988 mempesona.
Makanan Jadi Simbol Komunikasi
Salah satu hal yang memicu Reply 1988 menarik adalah bagaimana makanan punyai peran besar didalam cerita, paham atau tidak disadari. Dalam satu episode bersama dengan durasi 1,5 jam setidaknya kami mampu menyaksikan lebih berasal dari 5 kali adegan makan.
Makanan tidak sekadar ada sebagai wujud pengusir lapar, tetapi juga sebagai pesan didalam komunikasi antar-tokoh. Bukan hal asing jikalau kami menyaksikan A memberi makanan ke tokoh B, B memberi makan ke tokoh C, dan seterusnya.
Oleh penulis cerita, makanan ditaruh sebagai bentuk penghormatan, sebagai bentuk iba, sebagai ungkapan rasa sayang, peduli, dan lain-lain. Makanan juga dijadikan identitas suasana ekonomi dan psikologis tertentu.
Telur goreng dilukiskan sebagai makanan mewah selagi keluarga Deok-sun masih terjebak di suasana ekonomi sulit, tetapi daging merupakan sajian rutin di meja makan keluarga Jung-hwan. Uniknya, makanan tidak jadi jurang pemisah melainkan jembatan penghubung keluarga-keluarga di Ssangmun-dong tersebut.
Ini juga menyatakan kesimpulan publik berkenaan mahirnya industri hiburan Korea Selatan didalam mempromosikan entitas budaya, juga kuliner. Jika Anda sadar, didalam kisah-kisah serial Korea Selatan, nama makanan selamanya disebut, begitupun di Reply 1988.
Dari sekadar alur adegan makan didalam cerita, pirsawan bakal ramah bersama dengan istilah-istilah seperti kimchi, teok-bokki, soju, chi-maek, dan lainnya.
Entah suatu kebetulan atau bukan, resto-cafe Korea Selatan menjamur sejalan masuknya budaya K-pop dan K-drama ke Indonesia. Tentu, mampu saja kami mengaitkan exposure makanan didalam Reply 1988 bersama dengan invasi budaya atau Korean Wave.
Menyisakan Patah Hati
Kisah cinta jadi tidak benar satu variabel cerita mutlak didalam Reply 1988. Salah satu konflik asmara yang jadi kekuatan tarik cerita adalah persaingan Jung-hwan dan Choi Taek untuk meraih hati Deok-sun.
Tidak ada sosok antagonis atau pria jahat di antara keduanya. Hal tersebut yang memicu pirsawan terbagi dua, ‘Tim Jung-hwan’ dan ‘Tim Choi Taek’. Jung-hwan cenderung pemalu dan denial pada perasaannya pada Deok-sun, selagi Choi Taek yang pendiam di keseharian justru lebih berani didalam mengungkap perasaan.
Upaya-upaya Jung-hwan merebut hati Deok-sun jadi hal manis sendiri yang tesaji selama serial. Meski, pada kelanjutannya Deok-sun memilih Choi Taek.
Hal tersebut menyisakan patah hati bagi pirsawan yang meminta Jung-hwan berhasil memenangkan perasaan Deok-sun. Jika dibandingkan twist serial romantis lainnya, kegagalan Jung-hwan adalah sebuah ending yang tak terduga. Berhubung kuatnya cerita dan gambaran pergulatan batin Jung-hwan, ending Reply 1988 mampu dikatakan sebagai patah hati yang manis.
Sebagian pirsawan mungkin ingat betul adegan Jung-hwan yang patah hati sedang bersedih di didalam mobil selagi hujan turun, menyesali rentetan suasana yang memicu dirinya gagal mendapatkan hati Deok-sun. Adegan berlatar lagu ‘As Time Goes By’ tersebut sungguh ikonik, di samping meninggalkan luka.
Adegan tersebut lantas diparodikan th. 2016 didalam iklan sebuah mobil memproduksi Korea Selatan, Hyundai Tucson. Di moment anniversary ke-5 Reply 1988, cuplikan iklan tersebut lagi viral.
Sejumlah forum pecinta dan utas membocorkan skenario awal berasal dari Reply 1988. Di sana tertulis, awalnya Shin Won-ho dambakan memicu ending di mana Jung-hwan yang sesudah dewasa masuk Angkatan Udara meninggal didalam sebuah kecelakaan pesawat. Maka berasal dari itu, di set selagi 2015 (episode 20), Jung-hwan jadi cuma satu tokoh inti yang tidak muncul.
Untungnya, ending tersebut tidak jadi dieksekusi. Hal tersebut memicu tiap tiap konflik dan perihal di drama ini wajar dan nyata. Mungkin mampu dibayangkan betapa lebih hancurnya hati ‘Tim Jung-hwan’ jikalau ending tersebut yang dipilih.
Kisah Wajar yang Mempesona
Satu hal yang memicu Reply 1988 mampu menghindar penontonnya hingga episode 20 adalah komposisi premis yang padat. Premis-premis kecil ada di tiap tiap episode memicu tiap-tiap episode layak untuk berdiri sendiri, tak cuma sebagai pelengkap premis besar serial.
Setiap tokoh utama punyai isu, tiap tiap rumah punyai dinamika sendiri. Hal tersebut yang memicu serial ini kaya, tak kehabisan konflik.
Serial ini menggambarkan bahwa tiap tiap tokoh mampu jadi setan, pun malaikat, mampu dilukiskan sangat ceria, pun sedih. Kita mampu tertawa terlepas menyaksikan tingkah Deok-sun, pun ikut depresi selagi ia menangis. Hal tersebut udah mampu dicermati sejak episode pertama didalam konflik lagi th. Deok-sun.
Sosok Bo-ra juga mampu jadi gambaran betapa cermatnya sutradara bermain bersama dengan pergantian karakter. Bo-ra yang ‘buas’ di episode 1 perlahan beralih jadi sosok rapuh dan lemah di episode final.
Persahabatan, jalinan emosional orang tua dan anak, ilustrasi realitas, hingga percintaan. Hal-hal tersebut mampu memicu pirsawan tertawa terbahak-bahak hingga menangis tersungkur.
Hal tersebut menjadi lengkap bersama dengan deretan soundtrack bernuansa manis serta scoring yang ekspresif. Cerita serial ini mampu menggugah perasaan penonton, bahkan tanpa kehadiran tokoh antagonis.
Tak terlalu berlebih rasanya jikalau film ini mendapat predikat ‘bikin susah move on’. Sejumlah plot hole rasanya jadi wajar dan mampu dimaafkan. Reply 1988 merupakan alur kisah wajar, hangat, nan mempesona.